Menggapai Ridho-Nya

by - November 17, 2015






Bismillahirahmanirahim
Asalamu'alaikum wr wb 

Sudah lama inginku tuangkan kisah yang selalu membuatku tersenyum disaat mengingatnya.
Kisah yang selalu jadi penyemangatku dalam pembaruan niat ku dalam menikah.
Kisah ini kutuangkan dalam rangka untuk berbagi, jika bisa menjadi inspirasi aku hanya berharap menjadi amal jariyahku nanti. Kisah ini tentang proses ku menikah dengan suamiku.
Banyak orang yang bertanya , loh kok bisa menikah secepat ini? Kok mau menikah sementara baru mengenal karakternya beberapa bulan saja ? yakin menikah semuda ini ?
Akan ku jawab pertanyaan-pertanyaan itu disini  

Berawal dari perbincanganku dengan kedua orangtua ku di 10 malam terakhir ramadhan 1435 H. Aku memberanikan diri mengutarakan perencanaan hidupku salah satu nya rencana untuk menikah.
Ku ungkapkan kegundahan hatiku tentang hidupku yang kurasa sudah siap masuk di fase hidup yang lebih dewasa, yaitu pernikahan.

Perbincangan semakin mendalam, pertanyaan dengan siapa dan kapan aku ingin menikah terlontar dari orangtua ku. Jawabanku belum tau ? ya, aku mengutarakan perencanaan ini untuk berdiskusi tanpa tau dengan siapa dan kapan aku merealisasikan perencanaanku tersebut, ungkapan ini hanya agar 2 belahan jiwaku tau apa yang sedang putri nya rencanakan di masa depan, terlebih meminta doa dan restu mereka. Jawaban mereka adalah “teruslah mendekap padaNYA, Jika Saatnya tiba, akan hadir seorang pemuda yang Allah datangkan untukmu , untuk menemani langkahmu menuju cintaNYA”. Selebihnya aku sandarkan rencana ku pada Allah, ikhtiar ku memperbaiki diri. Ku rekatkan kening dalam sujud , malam laitul qadr ini jadi lahan ku untuk mendekapNYA.



Proses memperbaiki diri bukan lah hal yang mudah. Sebagaimana yang tertulis dalam Al-qur’an bahwa syaitan akan terus menggoda anak keturunan Nabi adam untuk menjauh denganNYA. Bahkan aku sempat merasa jatuh dan tidak lagi memikirkan hal-hal tentang menikah karena rasa kehilangan adik sepupuku yang Allah panggil begitu cepat. Tapi Allah melindungiku, aku segera bangkit dan memulai lagi proses memperbaiki diri, berhijrah kearah yang lebih baik . Hingga suatu hari, terjadi diskusi antara aku dengan murrobiyahku tentang sesuatu hal yang berkenaan dengan proses ta’aruf.
Malam itu, tak biasanya murobbiah ku memintaku untuk berkunjung kerumahnya. Aku pun menyempatkan diri memenuhi permintaannya.

Oh iya, Sebelum aku berlanjut dengan kisahku, sedikit ku jelaskan apa arti murobbiah, murobbiah adalah seorang mentor dalam dunia tarbiyah. Aku hidup dalam lingkungan islami yag kental dengan tarbiyah (pendidikan) agama. Salah satu bentuk tarbiyah adalah rutinitas kami mengaji yang kami sebut Halaqoh/Liqo. Lingkungan ini yang banyak membentuk karakter ku, karakter yg di desain untuk mendekat kepadaNYA yang juga mengikat ukhuwah (tali persaudaraan).

Melanjutkan kisahku, di Malam penghujung tahun 2014 Murobbiyahku memberi kabar yang bisa membuat jantungku  berdegup kencang, mengubah perjalanan hidupku, dan menuntutku untuk lebih banyak introspeksi dan mendekatkan diri kepada-Nya. Ditangan Murobbiyahku ada CV seorang pemuda bernama Kholish Abdulhaq yang berniat menggenap-kan separuh agama. Aku tak mau gegabah, tak mau salah langkah. Kuterima sedikit biodata tentang Bang Kholish ini, Seorang pemuda yang banyak ditempa liku-liku kehidupan, yang membentuk kepribadiannya dari “nothing menjadi something”. Hatiku langsung bertanya , Ya Rabb inikah pilihanMU untukku?

Langkah awal ku setelah mendapat berita ini adalah istikharah, meminta petunjukNYA. Setelah itu secepatnya aku berbagi cerita dengan orangtuaku. Bagiku Abi dan ummi adalah bentengku. Tak ada rahasia antara kami, kepada merekalah pertama kali berita ini ku sampaikan. Orangtua ku meminta ku untuk istikharah dan mempelajari betul biodata dan karakternya. 

Sambil istikharah, yang kulakukan adalah mencari tau tentang pemuda ini melalui banyak media. Sejak namanya muncul aku langsung ingat bahwa Bang Kholish adalah teman SD ku, hanya saja dia kemudian pindah saat kelas 6 . aku hanya mengenal namanya, sejak kecil kami bukan yang sering bermain bersama. Terakhir bertemu dengannya, ya saat kelas 5 sd . beruntung murobbiyah ku dekat dengan ibu nya Bang Kholish, jadi aku sedikitnya punya banyak info melalui beliau.

Setelah istikharah dan mendapatkan hati ini tenang, dan banyak hal positif dari pemuda ini, aku lanjutkan proses ini kepada ayahku, beliau lah benteng pertamaku. Kupersilahkan Bang kholish untuk bersilaturahim dengan cinta pertama ku itu. Karena dari awal aku niatkan untuk menjalani proses yang syar’i, komunikasiku dengan Bang Kholish selalu diperantarai dengan murobiyahku.

Sampailah Bang Kholish pada abi dan ummi ku. Kutitipkan beberapa pertanyaan untuk Bang Kholish melalui abi, kupercayakan orangtuaku dalam mengulik karakter Bang Kholish. Aku cukup tersentuh dengan keberanian nya untuk segera datang bersilaturahmi secara pribadi dengan Orangtua ku. Walau tanpa bunga ataupun cokelat, tapi Bang Kholish datang menemui orangtuaku dulu bukan menemui ku, tanda dari keseriusannya untuk menikah, bukan pacaran.


Tanda-tanda baik kuperoleh dari hasil pertemuan Bang Kholish dengan orangtua ku. Abi dan Ummi memang sudah cukup kenal dengan Orangtua  Bang Kholish juga lingkungannya. Abi dan Ummi meminta ku untuk terus istikharah dan mendekat kepadaNYA. Abi juga menyampaikan hadits tentang datangnya pemuda soleh yang ingin melamar seorang gadis : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam  bersabda: “Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.”

(HR at - Tirmidzi dan Ahmad).

Restu sudah terlihat , Orangtua ku terus mengarahkan ku pada proses ini. Mereka tidak ingin permata nya gegabah dalam menentukan pendamping , sesorang yang akan bertanggung jawab atas hidupku setelah menikah. Berbekal Restu dan doa Orangtuaku, aku memantapkan hati untuk melakukan ta’aruf, perkenalan langsung (bertatap muka) dengan calon imam ku saat itu. Tentu dengan didampingi murobbiayah dan murobbi Bang Kholish.

Nah, disinilah letak perbedaan di jodohkan dengan ta’aruf, Kalo dijodohkan aku tidak punya pilihan proses, mau atau ga mau ya harus ikut apa kata orangtua.
kalo ta'aruf , berawal dari niat yg memang ingin menikah (bukan cuma main2), ku pelajari data diri calon imamku , lalu aku berkenalan secara syar'i dengannya, kemudian pelajari tentang kedekatannya dengan Allah, kemudian istikharah , lalu mantapkan hati :) .
 

Masih di penghujung tahun 2014, Aku mantapkan hati untuk berproses lebih jauh lagi dengan Bang Kholish, ta’aruf dengannya. Malam itu malam selasa, malam yang selalu jadi kenangan indah aku dan suamiku saat ini. Untuk pertama kalinya setelah belasan tahun kami bertemu kembali. Kami berusaha untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan yang masih menjadi gundah di hati kami.
Sesekali aku curi-curi waktu untuk melihat wajahnya, dia pun begitu. Hal seperti itu diperbolehkan dengan niat mengetahui rupa calon pendamping kita. Karakter introvertnya dan karakter extrovertku terungkap malam itu. Visi Misi aku dan Bang Kholish diungkapkan malam itu, perencanaan-perencanaan hidup dijelaskan setelah malam itu melaui perantara murobiyahku. Aku dan Bang Kholish untuk berkomitmen untuk tidak saling berkomunikasi secara langsung selama proses kami ini.

Singkat cerita, istikharah ku berlanjut. Proses yang baik, hati yang tenang dan mantap membuatku memutuskan untuk menerima Bang Kholish sebagai calon Imam ku. Selanjutnya Orangtua dan keluarga Bang Kholish datang bersilaturahim kerumah bertemu dengan orangtua dan keluarga ku. Malam pertemuan itu hanya untuk berbincang-bincang , saling mendekatkan antara 2  keluarga.

Khitbah (Lamaran) kami diputuskan pada tanggal 8 Februari 2015. Tak banyak yang tau proses ku, dan tak banyak yang kuberitahu tentang proses ini. Kenapa ? setiap orang dan keluarga punya cara masing-masing untuk hidupnya. Cara ku ini adalah ikhtiar agar tak banyak pengaruh manusia dalam menentukan pendamping hidup, focus mendekatkan diri dengan Sang pemilik hati. Tapi bukan berarti aku tidak belajar, aku juga belajar dari orang-orang terdekat ku. Aku menjaga hati dua keluarga yang masih sama-sama berikhtiar dalam menyatukan dua insan.
Setelah khitbah, penantian ku akan genapnya separuh agaa ku makin dalam. Banyak hal-hal yang membuat aku was-was, kalo orang sebut Pre Wedding Syndrome. Tapi orangtua ku terus mengingatkan ku untuk selalu mendekat denganNYA sampai akhir. Perjalanan menuju pernikahan pun banyak rintangannya, salah satu nya harus mengundur tanggal pernikahan karena amanah ayahku pada pekerjaannya yang tidak bisa ditunda.

12 April 2015, senyum ku pagi itu tidak bisa merekah kata orang-orang disekitarku. Tangis ku pecah saat proses meminta izin menikah pada ayahku. Jantung ku berdegup sangat keras saat  dilafazkannya ijab-qabul yang berakhir pada doa pernikahan oleh undangan yang datang. Setelah itu, Laki-laki ku menjemputku dengan senyum merekah, kusambut dengan senyuman, kuraih dan kucium tangan nya. Dia memegang kepala ku kemudian berdoa didekat keningku.

Hari itu aku dan dia berubah menjadi kami, kami melangkah , menginvestasikan diri untuk sesuatu yang besar, menuju syurgaNYA. Hari itu, kami baru bisa berkomunikasi secara pribadi, baru bertukar no hp. hari itu adalah hal yang membuat kami merasa betapa indah perjuangan proses kami saat itu.

Saat ini kami lewati hari dengan terus belajar memperbaiki diri, Mudah atau Sulit kan tergantung bagaimana kita menjalaninya, SABAR dan SYUKUR jadi komitmen kami . Belajar memahami pribadi masing-masing jadi hal seru, karenanya proses pemahaman jadi seni sendiri dalam pernikahan.

Alhamdulillah, Allah kasih kado terindah berupa kelengkapan Agama. Allah buat ku merasakan jatuh cinta setiapa hari dengan Imam pilihanNYA.  Aku berharap kalian bisa merasakan hal yang sama. Merasakan bagaimana indahnya berproses hidup dengan caraNYA. Jadi sudah siap untuk berhijrah jadi yang lebih baik dimataNYA?  bersiap untuk hadirnya sosok Imam yang bisa mencintai kita karena kecintaan dia dengan Rabb nya. 


 I’ll be waiting for your great story
Jazakumullahu khair


With love,
Hilma Herzegovina

You May Also Like

0 comments